Senin, 04 Mei 2015

Gunung Prau, aku pada mu.

Cerita ini ditulis untuk mengenang 1 tahun perjalanan menuju Dieng, jadi mohon maaf bila lupa-lupa sedikit. Hehe

Panca yang duduk didepan sedari tadi terlihat memandang takjub ke arah gunung sindoro.

"Ca, semeru itu'' celetuk kak lubeck
"Wah, keren ya bos'' panca mempercayainya

Aku dan kak lubeck tertawa, panca bingung. Dan akhirnya ''sue, kirain beneran semeru" panca kesel haha.

''Semeru mah di jawa timur lah ini kan jawa tengah mana mungkin keliatan jelas begitu'' imbuh kak lubeck dan kami pun tertawa.

Sampai akhirnya, kenek bus menurunkan kami bukan pada tujuan kami, basecamp patak banteng melainkan ditengah jalan. Kami menepi bingung mau jalan kaki atau nunggu bus sementara matahari sudah mulai tenggelam dan kami belum makan siang sedari tadi.

Sampai akhirnya munculah seorang bapak baik hati mengendari mobil kolbak terbuka berisi kentang menawari kami tumpangan secara cuma-cuma sampai basecamp patak banteng. Si bapak gak mau dibayar sepeser pun. Kami sampai basecamp beberapa menit sebelum maghrib, basecamp pada hari itu terlihat sepi. Maklum kami naik hari senin. Setelah membersihkan badan, aku dan panca mencari makanan untuk merapel makan siang kami yang tertunda karena mengejar waktu. Basecamp patak sore itu habis diguyur hujan, udaranya dingin dan kami hanya melewatkan senja di basecamp. Aku dan panca hanya mendapatkan 3 bungkus nasi dingin yang udah dari pagi + telur ceplok untuk dimakan. Mau gimana lagi, gak ada warung makanan selain warung ibu itu.

Di warung aku bikin aib, iya aib lagi. Ceritanya gini. Itu ada bapak-bapak berdiri dipojokkan mirip anak kecil, aku kira anak kecil makanya aku dadah-dadahin belakangan aku tau kalo itu bapak-bapak dan aku malu T.T

Selepas makan setelah maghrib, kami rapi-rapi dan tak lupa mendaftarkan diri dan membayar biaya pendakian, aku lupa berapa perorang. Hehehe.

Kami berdoa terlebih dahulu sebelum memulai mendaki, trek pertama yang kami lalui untuk menuju puncak gunung prau berupa rumah warga kemudian disambut perkebunan warga setelah itu hutan dan batas vegetasinya berupa bunga-bunga daisy yang cantik.
Gunung prau mempunyai ketinggian 2565 Mdpl terbilang kecil tapi menguras keringat. Treknya terus-terusan menanjak. Baru trek pertama aku mulai engap dan muntah-muntah, maag ku kambuh. Beberapa kali berhenti, beberap kali juga kaki ku kram tapi masih bisa dibawa jalan sampai akhirnya keril ku dibawakan kak lubeck #makasih ya kak.

2,5 jam perjalanan kami bertiga baru sampai dipuncak gunung prau dan disambut dengan badai, kak lubeck dan panca mendirikan tenda dan aku merapikan keril didalam tenda. Tenda sudah berdiri dengan sempurna, kami bergegas masuk kedalam tenda. Aku memilih langsung tidur sementara kak lubeck dan panca ngobrol terlebih dahulu.

Aku yang tidur pulas tiba-tiba dibangunkan kak lubeck
"Nis, kenapa?"
"Dingin" (bukan kode)
"Bangun dulu, mau tukeran sb ?"
"Enggak kak"
''Yaudah nyalain kompor aja biar anget"

Kak lubeck pun menyalakan kompor dan aku melanjutkan tidur dan beberapa kali terbangun karena mendengar lagu peter pan yang di putar tenda sebelah  ><

Selasa, 06 Mei 2014

Keesokkan pagi-nya, aku terbangun karena suara seseorang yang membangunkan dari luar "mas bangun mas"
Terlihat cahaya si jingga yang masih malu-malu masuk ke dalam tenda.
Aku langsung antusias membuka resleting tenda dan ... SubhanAllah aku dibuat takjub dengan pemandangan hari itu. Sindoro sumbing menyambut pagi, lautan awan dan cahaya si jingga yang masih malu-malu menampakkan dirinya.

Kami bertiga pun langsung berlarian keluar, mengabadikan moment-moment munculnya si jingga dari peraduannya.

Setelah puas melihat si jingga dan foto-foto kami masak, menu-nya alakadarnya iyaaa telur rebus yang udah direbus dari rumah sama kentang goreng. Kak lubeck kebagian yang goreng sementara aku dan panca ngupas kentang. Hehehehe

Kak lubeck berkenalan dengan mas, sebelah tenda kami. Namanya mas prince sementara aku sibuk memperhatikan kakak-kakak yang mau foto ribetnya setengah mampus, iya. Mereka mau foto tapi pake lipstick dulu dan gaya bicara mereka menggunakan bahasa korea.

"Eonni eonni", aku pun hanya tertawa mengingat aku pun dulu pernah begitu. Hahahaha

Sehabis masak kami berjalan menuju sebuah tanjakan, kataya ada plang puncak disana. Tanjakannya pendek tapi bikin engap. Sampai di plang puncak lagi-lagi pemandangannya SubhanAllah indah sekali, nampak telaga warna dari kejauhan dan rumah-rumah penduduk.

"Ca, ini tanjakan cinta, yang kemarin gunung semeru, itu ranukumbolonya *nunjuk telaga warna*" kata kak lubeck ke panca

"Sueeeeee" panca kali ini tidak percaya.

Kami pun tertawa. Haha

Jam menunjukkan pukul 09.00 kami pun rapi-rapi untuk turun, kali ini kami memilih turun melalui dieng.

Perjalanan turun melalui dieng mengharuskan kami berjalan menyusuri bukit teletubbies yang gak selesai-selesai. Perjalanan landai baru kami temui selepas pemancar. Sempat takut nyasar juga karena cuma kami yang turun lewat dieng. Tapi Alhamdulillah selang beberapa lama kami tiba di hutan pinus dan di sambut dengan plang bacaan pos dan kami bertemu mas dan mba yang baru mulai naik.

"Treknya gimana mas'' tanya mas-nya ke kak lubeck
''Enak mas banyak bonusnya, bentar lagi kok"

Saya dalam hati "buset, banyak bonus darimana -_- cepet darimana kita aja yang turun dari jam 10 pagi jam 12 siang baru sampe sini -_-"

Aku dan panca lebih memilih senyum-senyum sambil geleng-geleng hahahaha

'' banyak bonus darimana, cepet darimana ?" tanya ku ke kak lubeck setelah mas dan mbaknya pergi

"Biarin, biar semangat" kata kak lubeck cengengesan

''-_____-''

Posisi turun, panca paling depan aku tengah dan kak lubeck belakang. Aku yang gak bisa liat turunan terlalu semangat sampai akhirnya jatuh tersungkur. Iya aku mah gitu liat turunan semangat liat tanjakan langsung lemas pengen pulang aja rasanya.

Untungnya gak kenapa-kenapa dan kami break sejenak sambil melihat pohon carica didepan kami.

'' ambil boleh kali ya''
"Ambil aja ambil''
'' eh jangan"

Sampai bapak-bapak petani bilang "ambil aja mba kalo mau''
''Hehe enggak pak, cuma liat-liat aja"

Kami hampir memilih jalan buntu karena panca yang posisinya paling depan sibuk terkesima dengan cabe dieng yang besar-besar, untungnya ada mas petani yang meneriaki kami dan memberitahu jalan yang benar. Kemudian Aku dan kak lubeck membully panca haha.

15 menit kemudian kami kembali ke peradaban dan melihat dari bawah trek yang tadi kami lewati dan kami ternyata bukan turun di dieng melainkan kami turun di dieng kulon.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar