Cerita ini ditulis untuk mengenang 1 tahun perjalanan menuju dieng, jadi maaf kalo lupa-lupa sedikit. Hehe
"Akhirnya kembali ke peradaban, es jeruk seger banget ini'' ucap ku dalam hati.
Berjalan melewati rumah penduduk, kami sempat bingung dan bertanya ke seorang ibu yang sedang duduk di beranda rumahnya.
Lagi asik jalan kami berpapasan dengan adek gimbal, kami meminta foto bersama tapi adek itu malu-malu.
"Dek foto yuk, nanti kalo foto dikasih cokelat deh'' tawar kami
Si adek cuma senyum sambil geleng-geleng. Kami tetap merayu sampai akhirnya kami gagal, karena si adek dipanggil ibunya. Yasudahlah tak mengapa lain waktu mungkin bisa T.T
Dipinggir jalan raya kami melihat tukang jus dan kami langsung memesan jus, aku memesan jus jeruk.
"Akhirnya keinginan ku untuk minum jus jeruk kesampaian juga'' batin ku
Tapi, ekspektasi gak selalu sesuai dengan realita. Sempat membayangkan jus jeruk yang segar namun, jus jeruk ku yang satu ini pait naudzubillah. Usut punya usut ternyata kulit jeruk + bijinya ikutan di blender -___- kak lubeck dan panca penasaran mereka pun mencicipi jus ku dan mereka pun tertawa ngakak T.T aku menyudahi meminum jus jeruk itu dan berlari menuju alfamart yang letaknya disamping kedai jus tersebut. Aku membeli teh botol tapi lagi-lagi salah ngambil. Iya aku ngambil yang less sugar T.T tapi gakpapa lah itung-itung diet heeeehehee
Setelah puas menertawai ku, kami berjalan menuju kompleks candi arjuna untuk main sebentar dan numpang mandi. Biaya masuk candi arjuna sebesar 10.000 rupiah. Kami langsung menyusuri setiap sudut candi dan foto-foto.
Melihat rumput yang hijau-hijau disekitar candi, bawaannya aku mau tidur tapi gak kesampaian buat tidur. Di candi arjuna kami bertemu kembali dengan mas prince, mas prince habis ke telaga warna dan sebelum menuju salatiga, ia menyempatkan mampir ke kompleks candi arjuna terlebih dahulu. Kami juga memberi tahu mas prince kalo kami akan ke sikunir dan nge-camp sehari disana.
Puas menyusuri candi, kami pun mencari toilet umum untuk numpang mandi. Kak lubeck dan panca dimintai biaya menggunakan sarana sementara aku gratisan hahahaha kata kak lubeck sih tadi bapaknya udah nungguin aku tapi karena aku lama jadi si bapak males nunggunya hahahaa *rezeki anak soleh*
Keluar kompleks candi, kami bertiga mencari tempat makan. Pilihan tempat makan kami kali ini jatuh di sebuah warung deket home stay bu jono dekat basecamp dieng juga. Aku memesan nasi goreng ayam, kak lubeck dan panca nasi goreng jamur, untuk minum aku memesan cappucino. Aku lagi-lagi diketawain iya katanya aneh-aneh aja pesen cappucino. Iya perkiraan aku salah lagi, aku pikir yang muncul es cappucino tapi malah cappucino hangat T.T sebenarnya yang pesan cappucino cuma aku doang tapi yang dateng 2 gelas cappucino, aku bingung akhirnya kak lubeck bersedia makan nasi goreng dengan cappucino hangat. Aku tertawa hahahaha.
Lagi asik makan, kami dihampiri seorang bapak yang ternyata pemilik warung sekaligus penjaga basecamp dieng sekaligus penerima jasa antar jemput pendaki yang mau ke prau/dieng. Si bapak menanyakan kepada kami setelah kami makan kami hendak kemana ? Kami menjawab ke sikunir. Si bapak menawarkan untuk mengantarkan kami ke sikunir dengan tarif ((kalo gak salah)) 75.000 tapi kami lebih memilih jalan aja karena kata bapaknya cuma 30 menit untuk sampai sembungan.
Sehabis makan, kami berjalan menuju sikunir, sikunir terletak di desa sembungan, sebuah desa tertinggi di pulau jawa di desa sembungan terdapat telaga cebong dan kami nantinya akan nge-camp sehari di tepian telaga cebong tanpa muncak ke sikunir karena sudah capek.
30 menit jalan kami tak juga sampai di desa sembungan, hari sudah makin sore. 30 menit berlalu nyatanya kami baru sampai di telaga warna. Sudah capeque rasanya jalan tak sampai-sampai. Lagi-lagi Allah maha baik sama kami, ditengah perjalanan tepatnya di depan dieng plateau theather sebuah mobil kolbak pengangkut wortel berhenti depan kami dan menawari kami turut serta. Kali ini pengendara mobilnya anak muda mereka mengantarkan kami sampai depan desa sembungan secara cuma-cuma padahal tujuan mereka bukan ke sembungan (kami beda arah tapi mereka baik hati mengantarkan kami). Kejadian aib di kolbak kali ini menimpa panca, bukan aku hahaha. Iya si panca jatuh pas mau naik kolbak. Aku dan kak lubeck hanya tertawa melihatnya. Nyatanya jarak dari tempat tadi kami makan ke sembungan jauh sekali, jalannya berkelok-kelok turun - naik.
"Coba kalo jalan, bisa sampai jam berapa kita ke sembungan bisa kemalaman di jalan pasti" kataku
"Ahaha iya nis'' kata panca
Kami sampai didepan desa sembungan pas adzan maghrib berkumandang, waktu itu. Loket masuk ke sikunir kosong tidak ada penjaganya mungkin karena kami sampai sana sudah lewat maghrib. Jadi, kami ngecamp gratis lagi hehehe.
Jarak dari desa sembungan ke telaga cebong lumayan jauh, jalannya berbatu. Capeqqqq adek bang. Di sekitar telaga cebong sudah ada warung dan toilet. Kami mampir sebentar ke warung dan ngobrol dengan bapak warung. Kami mendirikan tenda tepat di tepian telaga cebong. Malam itu hanya ada tenda kami. Udara malam di cebong begitu dingin, langit cebong malam itu dipenuhi banyak bintang dan aku rindu rumah.
Sebelum tidur kami masak mie terlebih dahulu, kak lubeck sama panca masih lapar katanya. Menunya, mie campur wortel. Wortelnya kita bawa sendiri kok dari rumah bukan ngambil dari mobil kolbak tadi hehe, selesai makan kita bertiga main jempol gitu deh, aku juga gak tau namanya apa yang aku tau aku kalah terus T.T
Capek main itungan jempol kami pun tertidur, dan terbangun jam 04.00 shubuh. Kak lubeck mengajak ku ke warung untuk minum teh hangat aku pun mengikuti. Desa sembungan pagi itu dinginnya menusuk kulit, dingin sekali. Di warung kami memesan teh hangat dan tempe kemul. Di warung sudah banyak juga orang-orang yang ingin trekking ke bukit sikunir untuk menyaksikan golden sunrise. Aku sudah dari awal gak minat buat trekking ke sikunir. Sampai akhirnya .....
"Sikunir yuk nis"
"Gak ah kak''
"Sayang udah sampe sini''
''Gak ah, mau kemana?" aku bertanya karna melihat kak lubeck siap-siap
"Sikunir''
"Yaudah deh ikut"
Aku dan kak lubeck ngetrek ke sikunir cuma modal aqua 600ml dan headlamp, kami cuma berdua karena panca lebih memilih tidur di tenda. Jalur trekking sikunir masih berupa tanah dan jalurnya menanjak terus irit bonus. Butuh 30 menit untuk sampai puncak bukit sikunir dan kita berdua salah jalur, kita lewat jalur pendakian lama sementara para pendaki lain lewat jalur baru yang lebih landai, pantas di jalur kita gak ketemu orang sama sekali hehehehe.
Di puncak sikunir sudah banyak orang yang akan menyaksikan munculnya golden sunrise terbaik di Asia Tenggara, dan beberapa menit kemudian munculah golden sunrise itu dan aku sekali lagi dibuat kagum oleh ciptaan-Mu ya Rabb. SubhanAllah .. Sunrise terindah yang aku lihat di hari itu. Selasa, 7 Mei 2014
Puas menyaksikan golden sunrise dengan background sindoro, kita berdua pun turun.
"Panca nyesel gak muncak sikunir"
"Haha, iya"
Dan aku berterima kasih kepada bapak warung yang telah memanas-manasi kak lubeck untuk muncak sikunir dan aku berterima kasih juga kepada kak lubeck karna telah membawa ku ke tempat indah ini.
Sebelum melanjutkan perjalanan pulang kami memasak terlebih dahulu, kami memasak nugget untuk sarapan kami pagi itu.
Semua telah rapi, akhirnya kami bersiap untuk kembali ke jakarta kembali ke realita. Sebelum pulang kami membeli carica dan makanan kecil khas dieng sebagai oleh-oleh untuk orang rumah.
Siang itu sudah tidak ada bus dari desa sembungan menuju terminal wonosobo, kami bertiga jalan berharap dapat tumpangan kembali tapi nyatanya tak ada mobil pun yang lewat sampai aku merengek minta naik ojek aja T.T tapi belum sempat ojek datang, kami dapat tumpangan kembali. Iya tetep mobil bak terbuka tapi kali ini lebih eksekutif bukan mobil bak sayur. Aku dan kak lubeck duduk didalam mobil sementara panca memilih duduk di luar bersama keril-keril kami padahal di dalam masih lega wkwkwkwk.
Si bapak mengantarkan kami ke tempat bus tujuan wonosobo ngetem, kami mendapatkan tumpangan secara cuma-cuma lagi hehehe.
Petualangan meng-explore dieng kami sudahi hari ini, banyak cerita banyak pengalaman yang aku dapat dari perjalanan kali ini. Dieng bagi ku, bukan sekedar tempat yang memberikan pemandangan yang memanjakan mata. Dieng bagi ku, tempat aku menemukan keluarga baru ku, tempat aku memahami seperti apa diri ku, tempat aku mengetahui bahwa masih ada orang-orang baik diluar sana. Dieng selalu punya tempat tersendiri di hati ku.
Kami meminta kenek bus menurunkan kami di warung mie ongklok longkrang, bapak kenek bus menurunkan kami persis didepan kedai mie ongklok longkrang. Kami bales dendam, 1 porsi mie ongklok + sate + tempe kemul berhasil kami santap abis. Aku pun bales dendam sendiri. Iya aku bales dendam minum es jeruk 2 gelas, kak lubeck dan panca membully ku karna kelakuan aku itu T.T
Perut sudah kenyang, dendam sudah tersalurkan. Akhirnya kami menuju terminal wonosobo untuk mencari bus tujuan purwokerto. Didalam bus tujuan purwokerto kerjaan aku cuma tertidur - bangun kaget - diliatin orang dengan tatapan aneh - masa bodo - lanjut tidur - begitu seterusnya sampai terminal purwokerto.
Di terminal purwokerto kami numpang mandi, dan karena kereta keberangkatan kami yang menuju jakarta masih lama jadi kami memutuskan untuk berwisata kuliner dan mencari oleh-oleh khas purwokerto.
Kuliner khas purwokerto yang kami pilih adalah soto haji loso yang katanya sudah terkenal, banyak artis dan para pejabat yang telah mampir ke soto haji loso tersebut. Dengan bantua GPS dari hape kak lubeck akhirnya kami dapat menemukan warung soto tersebut. Soto-nya memang rekomen sekali, enak dan murah. Soto + minum cukup Rp 20.000.
Habis mengisi perut kami berjalan menyusuri jalan mencari oleh-oleh khas purwokerto. Di pusat oleh-oleh kak lubeck dan panca sibuk memilih oleh-oleh sementara aku sibuk mengamati.
Makan sudah beli oleh-oleh pun sudah, kami melanjutkan perjalanan menuju stasiun purwokerto menggunakan angkot.
Tiba di stasiun purwokerto kami masih harus menunggu karena kereta kami belum tiba, rasanya baru kemarin kami menginjakkan kaki di stasiun ini untuk meninggalkan realita kehidupan yang monoton sekarang kami telah menginjakkan kaki kembali di stasiun ini dan bersiap kembali ke dalam realita kehidupan yang monoton.
Kereta tiba, dan lagi-lagi kami lebih memilih tidur karena kelelahan. Sampai akhirnya aku terbangun ketika kereta hampir menepi di stasiun bekasi.
Stasiun Bekasi, 08 Mei 2014
Kereta menepi, aku pamit izin pulang duluan ke kak lubeck dan panca. Realita aku datang. Dan untuk kalian berdua terima kasih untuk perhatiannya kepada ku beberapa hari kemarin. Aku yang selalu nyusahin kalian selama pendakian. Aku pasti selalu merindukan perjalanan ini dan berharap dapat mendaki bersama kalian kembali. Hati-Hati di jalan semoga selamat sampai tangerang dan untuk Dieng, aku pasti kembali. *batin ku*
Ps : gak terasa perjalanan ini sudah 1 tahun berlalu, namun kenangannya tak bisa dilupakan begitu saja. Terlalu banyak kenangan terlalu banyak cerita yang tak mampu di tuliskan disini. Kak lubeck dan panca terima kasih untuk perjalanan waktu itu, akan selalu aku nantikan berjalan bersama kalian kembali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar