Sabtu, 21 Mei 2016

Ada Apa dengan Slamet ?


 
Senin, 16 Mei 2016 

Tepat pukul 04.00 wib kereta api progo tujuan akhir stasiun Lempuyangan, Yogyakarta. Yang membawa kami berempat tiba di stasiun Purwokerto, itu tandanya kami sudah sampai pada tempat tujuan kami dan harus segera turun. Kami berempat, yaitu : aku, kak Lubeck, Panca dan Kak Hengki bermaksud akan mendaki Gunung Slamet yang merupakan gunung tertinggi di Jawa Tengah dan Gunung tertinggi Ke-2 di Pulau Jawa setelah Semeru.
Di stasiun kami langsung dihampiri para supir yang menawarkan jasanya untuk mengantarkan kami sampai ke basecamp gunung slamet via bambangan, kami memang bermaksud mendaki gunung slamet via bambangan, karena jalur pendakian gunung slamet via bambangan lebih bersahabat untuk kami yang memang belum pernah sama sekali mendaki gunung slamet sebelumnya.
Gunung slamet sendiri memiliki ketinggian 3428 Mdpl (Meter diatas permukaan laut), gunung slamet menawarkan beberapa jalur pendakian, yaitu : via bambangan yang terletak di purbalingga, via guci, via Baturaden, via kaliwadas, via Dukuhliwung, via Kaligua. Namun, yang paling populer dikalangan pendaki yaitu via bambangan.
Setelah nego alus dengan mas supir, akhirnya kami sepakat menggunakan jasanya untuk sampai ke basecamp bambangan dengan membayar Rp 300.000,00. Mobil avana berwarna silver melaju dengan pasti menuju basecamp bambangan tapi sebelumnya kami mampir ke swalayan terlebih dahulu untuk membeli beberapa botol air dan keperluan yang masih kurang untuk pendakian nanti.
Lama perjalanan dari stasiun Purwokerto ke basecamp Bambangan di Purbalingga, yaitu 90 menit. Kami berempat tiba di basecamp bambangan pukul 05.30 wib dan langsung disambut oleh seorang bapak setengah baya. Si bapak langsung menyuruh kami untuk menuju ke sebuah rumah untuk beristirahat terlebih dahulu sebelum memulai pendakian. Sebenarnya, kami bisa beristirahat di pos basecamp registrasi yang terletak sebelum gerbang pendakian Gunung Slamet. Namun, kata si bapak tempat tersebut akan dipakai untuk pertemuan dengan bapak Bupati.
Setelah menitipkan keril-keril kami dirumah umi (rumah yang kami singgahi untuk beristirahat sejenak sebelum memulai pendakian) kami berempat bergegas menuju sebuah Masjid yang letaknya persis didepan rumah umi, untuk menunaikan Sholat Shubuh yang hampir kesiangan. Sewaktu tiba di Bambangan kami disambut oleh cuaca yang sedikit kurang bersahabat, tak ada matahari pagi itu malah cenderung mendung sempat khawatir akan turun hujan juga. Setelah Sholat kami kembali ke rumah umi untuk re-packing, bersih-bersih, tidur-tidur gak jelas dan berakhir dengan makan pagi sebelum memulai pendakian.
Semakin siang, cuaca di Bambangan menjadi cerah. Setelah makan dengan porsi kuli =)) kami memulai pendakian, pendakian kali ini aku pure hanya membawa perlengkapan pribadi ku saja, tidak bawa minum sama sekali, logistik pun, logistik yang memang sudah aku persiapkan dari rumah. Hehehe. Sebelum memulai pendakian kami berdoa terlebih dahulu, memohon agar diberi keselamatan oleh Allah SWT.
Oiya, untuk pendakian gunung slamet via bambangan per-orang dikenakan biaya Rp 15.000,- waktu itu kami membayarkannya pada umi, lalu sama umi masing-masing kami disuruh mendatakan diri dan menulis tanggal berapa kami mulai naik dan tanggal berapa kami akan turun, umi memberikan kami sedikit pengarahan tentang jalur pendakian Gunung Slamet setelah itu kami diberikan 2 buah tiket, 1 tiket Masuk kawasan dan 1 lagi tiket asuransi.
Setelah selesai berdoa kami langsung menuju basecamp SAR Gunung Slamet, di Basecamp kami mendatakan diri kami kembali, petugas meminta salah satu dari rombongan untuk meninggalkan KTP-nya, agar mudah melacak apabila terjadi sesuatu yang tidak dinginkan, KTP kak Hengki pun kami titipkan. Selanjutnya petugas memberikan pengarahan kepada kami tentang jalur pendakian Gunung Slamet via Bambangan, di Pos mana sebaiknya kami nge-camp, di pos berapa kami bisa mendapatkan air dan nomer-nomer penting yang dapat kami hubungi apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Ngomongin soal air, di Gunung Slamet via Bambangan kita hanya dapat menjumpai aliran air di Pos V itupun hanya ada kalau musim hujan apabila musim kemarau aliran air tersebut menjadi kering. Beruntungnya beberapa hari kemarin Gunung Slamet sempat diguyur hujan itu berarti aliran air di pos V tidak kering tapi tetap saja kami berempat lebih tepatnya para kaum adam membawa persediaan air yang cukup banyak dalam keril-kerilnya sedangakan aku hanya membawa botol air minum berukuran 600 ml. heehee.
Setalah mendapatkan pengarahan yang cukup kami pun sudah siap untuk menelusuri tiap jengkal Gunung Slamet Melalui desa Bambangan, sebelumnya narsis dulu digerbang selamat datang pendakian gunung Slamet via Bambangan. Meskipun hari itu hari senin, namun cukup banyak para pendaki yang akan memulai pendakian pada hari itu, kami mulai mendaki sekitar pukul 08.00 WIB.
Trek awal pendakian yaitu berupa perkebunan warga, ada kebun daun bawang, salada dan macam-macam sayuran lainnya, posisi pendakian kali ini Kak Lubeck dan Kak Hengki didepan sementara Panca dibelakang memBack Up aku yang jalannya super lelet macem ulet bulu. Haaa haaa haaa.
30 menit berjalan, kami break sejenak disaung dipinggir perkebunan warga, setelah itu lanjut jalan kembali dan akan kita jumpai saung-saung tempat warga sekitar berjualan sepertinya, aku pikir itu pos 1 tapi ternyata bukan, padahal rasanya jalan udah lama banget & jauh banget tapi pos 1 gak juga ditemui. Hee hee. Saung-saung tersebut tutup, tidak ada satupun pedagang yang kita jumpai di saung tersebut, malah yang kita jumpai sesosok wanita yang hilang akal, kita pun melanjutkan perjalanan. Setelah melewati saung-saung tersebut kita masuk ke kawasan hutan pinus, treknya mulai menanjak jarang bonus L
Kelelahan pun mulai melanda kami break sejenak diantara pepohonan pinus, ngemilin snack yang kami bawa. Heehee. 15 menit dirasa cukup kami kembali berjalan, kanan kiri masih pepohonan pinus dan trek semakin menanjak dan irit bonus pula, bikin engaaap bikin lelet juga. Tepat pukul 11.00 WIB kami sampai di POS 1. 

POS 1 : Pondok Gembirung 
 
Tiba di Pos 1, kami disambut oleh sebuah warung. Si Bapak warung udah dari atas nyemangatin aku yang masih dibawah untuk segera sampai pos 1 =)) sampai di warung si bapak, aku memesan es teh manis seharga Rp 5000,- dan langsung habis dalam hitungan detik, tentu saja itu jadi bahan bully-an orang-orang rese disekitar ku (re: Kak Lubeck, Panca, Kak Hengki) mereka takjub sepertinya melihat keahlian ku menghabiskan minuman hanya dalam hitungan detik. Wkwkwkwk. Aku hanya memesan es teh sementara mereka bertiga memakan gorengan pisangan dan tempe mendoan di warung si bapak.
Cukup lama kami beristirahat di warung si bapak, waktu itu pukul 11.30 wib. Kak lubeck meminta kami untuk melanjutkan perjalanan kembali karena jarak dari pos 1 ke pos II cukup jauh, tapi kata si bapak mah jarak pos I ke Pos II untuk orang yang jalannya lelet kayak aku hanya akan memakan waktu 2 jam-an. Haa haa kita liat saja kenyataanya +)). Aku meminta ke kak Lubeck untuk melanjutkan perjalanan selepas sholat djuhur saja tapi semua menolak, payaaah -,-. Yasudahlah mau gak mau melanjutkan perjalananan kembali. Tapi sewaktu kami mau melanjutkan perjalanan hujan turun lumayan deras kami pun berteduh kembali.
“emang rejekinya si anis” kata kak lubeck
“hee hee hee” aku nyengir kuda pertanda menang =))
Tapi hujan tak berlangsung lama, Jam 11.45 kami melanjutkan perjalanan kembali menuju pos II, baru meninggalkan pos 1 saja langsung dihadapkan tanjakan yang aduhai bikin engap pastinya, di jalur menuju pos II kanan kiri sudah tidak kita jumpai pepohonan pinus, jalur semakin tertutup pepohonan rimbun yang menjulang keatas yang pastinya aku gak tau nama pepohonan itu apa -,- cahaya matahari pun enggan masuk melalui celah-celah pepohonan. Jalur semakin menanjak, irit bonus begitu terus sampai pos II. 

Pos II : Pondok Walang 

Kak Lubeck dan Kak Hengki, tiba paling dulu di Pos II, aku dan panca baru tiba pukul 14.40 wib sepertinya. Di Pos II hanya ada kami berempat, kami istirahat sejenak dan selagi kami istirahat hujan malah turun dengan derasnya, kami pun menunggu hujan sampai reda tapi hujan tak juga kunjung reda malah semakin deras, sampai terkantuk-kantuk kami menunggu hujan reda. Kak hengki meminta untuk meneruskan perjalanan saja menuju pos III menggunakan jas Hujan, aku sebenernya males kalo harus melanjutkan perjalanan, ngelewatin tanjakan yang sudah menanti didepan mata sambil hujan-hujanan membuat aku sedikit takut juga, maklum aku punya phobia sama jalanan tanah yang licin kena air hujan gitu heehee.
Keberuntungan lagi-lagi memihak kepada ku, tanpa aku merengek meminta untuk tidak melanjutkan perjalanan, kak lubeck malah menyarankan untuk membuka tenda di Pos II saja dan perjalanan dilanjutin nanti malam jika hujan sudah reda atau keesokkan paginya.
Akhirnya, kak Lubeck, Panca dan Kak Hengki pun sibuk mendirikan tenda, sementara aku ? sibuk menggigil kedinginan dipinggiran L  gak lama pun tenda berdiri segera saja kami memasak makanan yang kami bawa, masak mie instan pake telur ceplok wkwkwk.
Waktu itu sekitar pukul 17.00 wib setelah makan kami malah bersiap untuk tidur, sewaktu kami tidur banyak pendaki yang hilir mudik dan singgah sejenak di pos II, obrolan dan canda tawa mereka terdengar cukup jelas, tapi aku lebih memilih melanjutkan untuk memejamkan mata saja. Kami pun terbangun hanya untuk menunaikan sholat maghrib dan isya setelah itu melanjutkan tidur kembali dan terbangun pukul 05.00 wib keesokkan harinya. 

Selasa, 17 Mei 2016

Selepas sholat shubuh, kami mempacking kembali barang-barang kami, setelah selesai mempacking, aku yang jalannya paling lelet diminta untuk jalan terlebih dahulu, beberapa kali menolak dan beberapa kali dipaksa akhirnya aku pun jalan terlebih dahulu. Namun baru beberapa menit berjalan kak lubeck sudah berada dibelakang ku dan kemudian disusul oleh panca dan kak hengki. Kemudian, Kak Lubeck dan Kak hengki jalan terlebih dahulu, tinggallah hanya aku dan panca. Ini pertama kalinya aku di back up sama Panca selama pendakian, biasanya Kak Lubeck yang mem-Back up aku, hee hee.
Jalur dari pos II menuju pos III tidak beda jauh dengan jalur dari pos I menuju pos II, berupa tanah dan tanjakan dan jalur masih tertutup pepohonan yang rimbun. Lama perjalanan aku dan panca ke pos III kurang lebih 90 menit-an, waktu yang sangat lelet bukan ? 

Pos III : Pondok Cemara 

Tiba di Pos III sekitar pukul 09.00 wib, kami berdua tidak menjumpai kak Lubeck dan kak Hengki, kami hanya menjumpai 1 tenda yang sepertinya pemiliknya sedang bobo nyenyak didalam, saung yang biasanya dipakai untuk berjualan pun tutup, kami berdua istirahat sejenak, kaki ku sedikit kram aku meminta obat panas pada panca, setelah selesai mengoleskannya pada kedua kaki ku, kami pun melanjutkan perjalanan menuju pos IV.
Perjalanan dari Pos III ke pos IV sedikit melipir tapi tetap saja menanjak dan beberapa kali melewati terowongan gitu. Sewaktu berjalan menuju pos IV kami bertemu dengan seorang mas-mas tapi udah sedikit ke bapak-bapak-an. Kami pun bertegur sapa.
“berdua aja mas” tanyanya pada panca
“enggak mas, berempat yang 2 udah duluan, mas-nya sendirian aja?” tanya panca
“oh yang berdua itu ya, mereka menuju pos V mas, iya sendirian mas” katanya
“oh gitu, yaudah duluan ya mas, semangat ,mas” kata si panca
“mas pos IV masih lama gak ?” tanya ku
“pos IV didepan mba, sedikit lagi, jalan aja mba, semangat ya”
“hehehehe iya mas, makasih” nyengir kuda
Dan setelah percakapan barusan dengan mas setengah bapak tersebut, nyatanya kami berdua baru tiba di pos IV 30 menit setelahnya. Wkwkwkwk mas-nya tipu-tipu bilang pos IV sebentar lagi.
 
Pos IV : Pondok Samaranthu 

Di pos IV ini, kami hanya menjumpai sebidang tanah datar yang cukup untuk mendirikan 2 samapi 3 tenda, tapi kenyataanya pos samaranthu ini adalah pos yang jarang sekali dipakai untuk bermalam oleh para pendaki, kebanyakan pendaki memilih bermalam di pos III atau sekalian saja ke pos V, katanya sih pos Samaranthu ini agak angker, dari namanya pun sudah tergolong angker Samaranthu yang berarti hantu yang tak terlihat.
Di pos IV aku dan panca break selama 5 menit, kemudian kami melanjutkan perjalanan menuju pos V, katanya sih jarak dari pos IV ke pos V tidak terlalu jauh, jalur menuju pos V sudah sedikit terbuka, beberapa kali kami juga harus melewati terowongan, melipir, dan jalanan yang menanjak.
Sedikit lagi sampai pos V hujan mulai turun rintik-rintik, beruntungnya pas hujan turun dengaan lebatnya kami sudah berada di pos V.

Pos V : Samyang Rangkah

kami mencari-cari keberadaan kak lubeck dan kak hengki tapi kami tak juga menjumpai wujud mereka di pos V, sedikit kecewa akhirnya kami tarik kesimpulan bahwa mereka berdua melanjutkan perjalanan menuju pos VII dan benar saja sewaktu kami bertanya pada pendaki yang habis turun dari puncak “apakah mereka melihat mereka berdua?” maka jawaban meraka “ oh iyaaa, yang 2 orang ya mereka mau menuju pos VII/ mereka udah di pos VII bang mba” begitu jawaban mereka.
Aku dan panca menunggu hujan reda di pos V.
“lu mau ngelanjutin nyusul mereka nis?”
“iya, tapi nanti nunggu hujan reda, ca lu gak ngambil air?”
Panca pun mengambil air di mata air, bareng beberapa pendaki, sewaktu panca ngambil air sebenarnya hujan sudah reda, tapi pas si panca balik dari ngambil air,  hujan malah kembali lebat -,- wkwkwk.
10 menit berlalu, hujan sudah agak reda, aku dan panca pun melanjutkan perjalanan menuju pos VII menyusul mereka berdua bermodalkan jas hujan dan ucapan hati-hati dari para pendaki di pos V.
“hati-hati ya mba”
“jalannya pelan-pelan aja mba”
“awas mba licin”
Dari pos V menuju pos VI jalanan masih menanjak, aku berjalan berhati-hati karena jalan sewaktu hujan itu pe-er banget. Dari pos V menuju pos VI pun pepohonan sudah sedikit terbuka dan 30 menit kemudian kami berdua sampai di pos VI. 

Pos VI : Samyang Jampang 

Panca meminta ku untuk tidak berhenti lama-lama di pos VI dan segera melanjutkan perjalanan menuju pos VII, untuk kali ini aku pun nurut dengan panca, biar cepat sampai karena perut sudah keroncongan, kerudung udah basah, celana juga udah kotor wkwkwk.
Menuju pos VII, jalan yang kami lewati berupa tanjakan dan terowongan kemudian hutan mati, jalur dari pos VI menuju pos VII ini menurut ku yang paling membekas dihati karena jalurnya yang bervariasi dan mempunyai sensasi tersendirri wkwk gak bikin bosen pokoknya. Sewaktu menuju pos VII hujan sudah reda.

Pos VII : Samyang kendil 

Aku dan panca tiba di pos VII jam 13.00, menurut kak hengki mereka memperkirakan  aku dan panca baru tiba di pos VII nanti sewaktu maghrib -_________- sampai di pos VII aku langsung berganti pakaian dan SKSD sama tenda sebelah spiik spiik minjem sisir-nya wwkwkwkwk taapi tetep aja malu mau ngajak kenalan bhahahahak.
Di pos VII kami masak, mulai dari masak nasi, fetuchini sampai bakwan tahu, selepas makan kami tidur, berhubung sebelum tidur aku minum obat flu terlebih dahulu, pules lah tidur ku selama 2 jam dan bangun-bangun jam 6 sore, setelah menuaikan sholat maghrib kami berempat kembali mengeksekusi makanan yang masih ada, malam itu kami bikin jasuke, roti bakar nutella dan agar-agar.
Cuaca malam di pos VII begitu menusuk, beruntungnya kami nge-camp didalam shelter yang tersedia di pos VII. Selagi kami asik masak-masak hujan pun turun dengan derasnya, apa kabar mereka yang nge-camp di luar shelter sana ya. Hmmmm.
Gak berapa lama pun datang, seorang mas-mas menghampiri kami. Mas-mas dan rombongannya ini nge-camp diluar shelter dan mas-mas ini bermaksud meminta ijin kepada kami untuk diberikan tempat sedikit untuk dia dan rombongannya berteduh karena tenda yang mereka dirikan rusak karena hujan.
Setelah masak, kami masuk kembali ke dalam tenda untuk melanjutkan tidur. Karena esok pagi jam 04.00 wib kami akan summit ke puncak. 

Rabu, 18 Mei 2016 

Jam 04.00 wib, kak Lubeck membangunkan kami. Angin berhembus dengan sangat kencang, segera kami bersiap-siap merapikan barang-barang yang akan kami bawa untuk summit ke puncak gunung slamet, langit sudah tidak hujan shubuh itu berganti dengan hamparan bintang-bintang yang menari-nari dengan indah, Milky Way, moment seperti ini menurut ku moment-moment paling berharga, moment-moment langka. Di kota di sebelah mana kita bisa liat milky way, cobak ? heehehee
Setelah semua siap, kami pun berjalan menyusuri dinginnya malam untuk menuju puncak Gunung Slamet atau yang lebih dikenal dengan puncak Surono, sebelum sampai dipuncak Surono kita harus melewati terlebih dahulu pos VIII dan Pos IX.
Lama perjalanan dari pos VII ke pos VIII adalah 30 menit, baru sedikit berjalan napas ku tersengal-sengal, detak jantung semakin kencang, baru beberapa menit berjalan aku langsung break, kak Lubeck dan Kak Hengki di posisi paling depan, Panca masih memback up aku.
“ kalau gak kuat turun “ kata kak lubeck
“ Kuat kok” kata ku sambil melanjutkan perjalanan dengan mencoba mengatur irama langkah kaki.
Diatur sedemikian rupa pun jalan ku tetap saja lelet, hingga tertinggal beberapa meter dari kak Lubeck dan kak Hengki.
Tak lama berhenti di pos VIII, akhirnya kami melanjutkan perjalanan menuju XI, POS IX atau plawangan ini merupakan batas vegetasi, jalurnya pun sudah berupa pasir-pasir dengan kerikil-kerikil yang lumayan cukup besar.
Setelah melewati Pos IX, jalan yang kita lalui akan terus menanjak dengan medan jalan yang berupa pasir dan bebatuan. Tidak seperti di Rinjani, trek pasir di Gunung Slamet ini tidak membuat kita putus asa banget yaitu naik selangkah turun dua langkah. Trek pasir di Gunung Slamet ini berupa bebatuan yang besar-besar, beberapa batuan malah bisa dijadikan pijakan, tapi tetap juga kita harus hati-hati karena terkadang bebatuan tersebut juga mudah rapuh. Aku lebih memilih berjalan dengan menggunakan tangan alias merambat alias merangkak wkwkwk. Tapi ya tetep aja lelet, tetep aja ketinggalan jauh dari Kak lubeck dan kak Hengki haahaa sampe si panca pun sedikit kesel tampaknya, haahahaa
“ ayo nis, jangan berenti lama-lama, tangan gue kaku, kalo berenti lama-lama”
“iyaaaa”
“masa jalannya makin lelet nis, kan udah gak bawa keril”
“hmmmmmm”
Setelah dengan penuh perjuangan dan beberapa kali malah didahului sama pendaki yang summit belakangan dari kami, akhirnya aku sampai pada atap gunung slamet yang mempunyai ketinggian 3428 Mdpl ini, tak henti-hentinya mengucapkan syukur atas pencapaian terbaru ini, gak nyangka juga bisa berdiri di puncak karena sewaktu summit udah sempat beberapa kali mau nyerah, tapi kaki masih bisa melangkah ya meskipun lelet heehee dan diri ini masih yakin kalau bisa sampai puncak heehee.
Sampai dipuncak sudah banyak pendaki yang sedang asik mengabadikan moment, kebetulan aku dan panca sampai puncak ketika matahari mulai menampakkan wujud-nya. Sunrise pagi itu di puncak Gunung Slamet begitu indah, aku dan panca melanjutkan perjalanan menuju plang tulisan puncak. Namun, di tempat itu tak juga aku jumpai kak Lubeck dan Kak hengki, usut punya usut setelah mengamati keadaan sekitar rupanya mereka sudah berada di puncak seberang dengan view yang dekat dengan kawah segoro wedi, sempat berpikir mau nyusul mereka tapi setelah liat jalurnya malah bikin mikir 2 kali, pasti pe-er banget heehee.
Akhirnya, aku dan panca berfoto-foto saja sambil menunggu mereka kembali lagi, gak berapa lama pun kak Hengki kembali tapi kak Lubeck masih berada di seberang sana tak tau sedang apa, kata panca ada misi terus kata kak hengki mau selfie sendirian wkwkwkwk, 15 menit berlalu kak lubeck pun kembali dan kami tidak berlama-lama berada di puncak, waktu itu jam 07.00 pagi, kak Hengki meminta kami untuk turun dengan segera karena waktu yang kami punya tidak banyak.
Jalur turun lebih menyeramkan dibanding sewaktu summit tadi, beberapa kali aku malah merosot karena takut terpeleset. Akhirnya jam 08.30 wib kami sudah kembali lagi di pos VII dan langsung merapikan barang-barang kami untuk turun menuju basecamp.
Sebelumnya kami sarapan terlebih dahulu, Roti bakar dan agar-agar yang sudah kami masak tadi malam. Wkwkwk. Jam 10.00 wib kami sudah bersiap untuk turun meninggalkan pos VII menuju basecamp kembali untuk kembali ke kehidupan nyata.
Langit cerah menemani perjalanan kami turun hari itu, perjalanan turun seharusnya lebih cepat dibanding perjalanan naik, tapi berhubung kuku kaki jempol ku sudah membengkak, alhasil jalan ku lelet dan lama. Beberapa kali aku malah terjatuh, beberapa kali juga aku lebih memilih main perosotan untuk sampai ke bawah.
Di pos II menuju pos I, kaki ku semakin menjadi-menjadi. Kak Hengki sudah jalan terlebih dahulu. Tinggal aku, kak Lubeck dan panca. Kak Lubeck meminta ku untuk melepas sepatu ku saja dan menggantinya dengan sandal, aku nurut namun agak sedikit watir juga. Takut malah bikin jalan makin licin. Euuy namun kak lubeck meyakinkan bahwa insha Allah itu tidak akan terjadi. Keril ku di bawakan oleh panca. Aku hanya membawa botol air 600 Ml dan menenteng sepatu ku. Perjalanan turun aku di back-up kak Lubeck sementara panca sudah melesat terlebih dahulu.
Setelah turun dengan penuh perjuangan, akhirnya kami sampai di basecamp kembali jam 16.20, kak Lubeck langsung melapor ke Basecamp setelah itu kami menuju rumah umi kembali untuk bersih-bersih. Kami tidak mempunyai banyak waktu untuk bersih-bersih, jam 17.30 kami harus sudah rapi untuk menuju purwokerto untuk mengejar kereta yang akan menghantarkan kami ke Jakarta.
Tepat jam 17.30 wib sebuah mobil kolbak sudah stand by untuk mengantarkan kami menuju stasiun purwokerto, kami duduk di paling belakang, menikmati pemandangan kota bambangan dan gunung slamet dikala senja dari mobil kolbak, perlahan-lahan kami mulai meninggalkan gunung slamet, rasanya baru kemarin kami bersusah payah untuk menggapai puncaknya heehee.
Jam 18.45 wib, mobil yang kami tumpangi sudah memasuki kota Purwokerto, kami mampir sebentar ke toko oleh-oleh tapi kali ini aku lebih memilih diam saja dimobil dan tidak membeli apa-apa. Heehee.
Jam 19.10 wib, kami sudah sampai di stasiun purwokerto, beruntunglah kami tidak sampai ketinggalan kereta. Karena kereta Kutojaya yang akan kami tumpangi dijadwalkan memasuki stasiun Purwokerto jam 19.30 wib.
Kami pun langsung bergegas menuju loket validasi, sewaktu kami validasi tiket. Kereta Kutojaya sudah dipersiapkan untuk masuk ke Stasiun Purwokerto. Sebelum naik ke kereta kak Lubeck membeli nasi rames terlebih dahulu untuk bekal kami makan di kereta, maklumlah kami belum sempat makan sedari tadi heehee.
Jam 00.20 wib, kereta menepi di Stasiun Bekasi, aku pamit untuk turun terlebih dahulu.

Buat Kak Lubeck dan Panca, Begitu banyak cerita terukir pada pendakian menuju Gunung Slamet kali ini, aulia beruntung mempunyai partner pendakian seperti kalian berdua, gak tau apa jadinya kalo aulia mendaki tanpa kalian, Cuma kalian berdua yang rela aulia susahin selama pendakian, meskipun aulia tau terkadang kalian kesal kalau harus nungguin aulia yang jalannya lelet, kalian selalu ngertiin aulia tapi aulia jarang banget ngertiin kalian, aulia minta istirahat kalian turutin tapi kalian minta aulia jalannya cepat tetap saja aulia jalannya lelet, maafin keegoisan aulia yaaaaa.

Estimasi biaya :
Kereta api progo : Rp 110.000
Mobil dari stasiun ke basecamp : Rp 300.000
Biaya pendakian : Rp 15.000,-
Mobil dari basecamp ke stasiun Rp 300.000
Kereta api Kutojaya utara : Rp 100.000,-






Tidak ada komentar:

Posting Komentar