Senin,
16 Mei 2016
Tepat
pukul 04.00 wib kereta api progo tujuan akhir stasiun Lempuyangan, Yogyakarta.
Yang membawa kami berempat tiba di stasiun Purwokerto, itu tandanya kami sudah
sampai pada tempat tujuan kami dan harus segera turun. Kami berempat, yaitu :
aku, kak Lubeck, Panca dan Kak Hengki bermaksud akan mendaki Gunung Slamet yang
merupakan gunung tertinggi di Jawa Tengah dan Gunung tertinggi Ke-2 di Pulau
Jawa setelah Semeru.
Di
stasiun kami langsung dihampiri para supir yang menawarkan jasanya untuk
mengantarkan kami sampai ke basecamp gunung slamet via bambangan, kami memang
bermaksud mendaki gunung slamet via bambangan, karena jalur pendakian gunung
slamet via bambangan lebih bersahabat untuk kami yang memang belum pernah sama
sekali mendaki gunung slamet sebelumnya.
Gunung
slamet sendiri memiliki ketinggian 3428 Mdpl (Meter diatas permukaan laut),
gunung slamet menawarkan beberapa jalur pendakian, yaitu : via bambangan yang
terletak di purbalingga, via guci, via Baturaden, via kaliwadas, via
Dukuhliwung, via Kaligua. Namun, yang paling populer dikalangan pendaki yaitu
via bambangan.
Setelah
nego alus dengan mas supir, akhirnya kami sepakat menggunakan jasanya untuk
sampai ke basecamp bambangan dengan membayar Rp 300.000,00. Mobil avana
berwarna silver melaju dengan pasti menuju basecamp bambangan tapi sebelumnya
kami mampir ke swalayan terlebih dahulu untuk membeli beberapa botol air dan
keperluan yang masih kurang untuk pendakian nanti.
Lama
perjalanan dari stasiun Purwokerto ke basecamp Bambangan di Purbalingga, yaitu
90 menit. Kami berempat tiba di basecamp bambangan pukul 05.30 wib dan langsung
disambut oleh seorang bapak setengah baya. Si bapak langsung menyuruh kami
untuk menuju ke sebuah rumah untuk beristirahat terlebih dahulu sebelum memulai
pendakian. Sebenarnya, kami bisa beristirahat di pos basecamp registrasi yang
terletak sebelum gerbang pendakian Gunung Slamet. Namun, kata si bapak tempat
tersebut akan dipakai untuk pertemuan dengan bapak Bupati.
Setelah
menitipkan keril-keril kami dirumah umi (rumah yang kami singgahi untuk
beristirahat sejenak sebelum memulai pendakian) kami berempat bergegas menuju
sebuah Masjid yang letaknya persis didepan rumah umi, untuk menunaikan Sholat
Shubuh yang hampir kesiangan. Sewaktu tiba di Bambangan kami disambut oleh
cuaca yang sedikit kurang bersahabat, tak ada matahari pagi itu malah cenderung
mendung sempat khawatir akan turun hujan juga. Setelah Sholat kami kembali ke
rumah umi untuk re-packing, bersih-bersih, tidur-tidur gak jelas dan berakhir
dengan makan pagi sebelum memulai pendakian.
Semakin
siang, cuaca di Bambangan menjadi cerah. Setelah makan dengan porsi kuli =))
kami memulai pendakian, pendakian kali ini aku pure hanya membawa perlengkapan
pribadi ku saja, tidak bawa minum sama sekali, logistik pun, logistik yang
memang sudah aku persiapkan dari rumah. Hehehe. Sebelum memulai pendakian kami
berdoa terlebih dahulu, memohon agar diberi keselamatan oleh Allah SWT.
Oiya,
untuk pendakian gunung slamet via bambangan per-orang dikenakan biaya Rp
15.000,- waktu itu kami membayarkannya pada umi, lalu sama umi masing-masing
kami disuruh mendatakan diri dan menulis tanggal berapa kami mulai naik dan
tanggal berapa kami akan turun, umi memberikan kami sedikit pengarahan tentang
jalur pendakian Gunung Slamet setelah itu kami diberikan 2 buah tiket, 1 tiket
Masuk kawasan dan 1 lagi tiket asuransi.
Setelah
selesai berdoa kami langsung menuju basecamp SAR Gunung Slamet, di Basecamp
kami mendatakan diri kami kembali, petugas meminta salah satu dari rombongan
untuk meninggalkan KTP-nya, agar mudah melacak apabila terjadi sesuatu yang
tidak dinginkan, KTP kak Hengki pun kami titipkan. Selanjutnya petugas
memberikan pengarahan kepada kami tentang jalur pendakian Gunung Slamet via
Bambangan, di Pos mana sebaiknya kami nge-camp, di pos berapa kami bisa
mendapatkan air dan nomer-nomer penting yang dapat kami hubungi apabila terjadi
hal-hal yang tidak diinginkan.
Ngomongin
soal air, di Gunung Slamet via Bambangan kita hanya dapat menjumpai aliran air
di Pos V itupun hanya ada kalau musim hujan apabila musim kemarau aliran air
tersebut menjadi kering. Beruntungnya beberapa hari kemarin Gunung Slamet
sempat diguyur hujan itu berarti aliran air di pos V tidak kering tapi tetap
saja kami berempat lebih tepatnya para kaum adam membawa persediaan air yang
cukup banyak dalam keril-kerilnya sedangakan aku hanya membawa botol air minum
berukuran 600 ml. heehee.
Setalah
mendapatkan pengarahan yang cukup kami pun sudah siap untuk menelusuri tiap
jengkal Gunung Slamet Melalui desa Bambangan, sebelumnya narsis dulu digerbang
selamat datang pendakian gunung Slamet via Bambangan. Meskipun hari itu hari
senin, namun cukup banyak para pendaki yang akan memulai pendakian pada hari
itu, kami mulai mendaki sekitar pukul 08.00 WIB.
Trek
awal pendakian yaitu berupa perkebunan warga, ada kebun daun bawang, salada dan
macam-macam sayuran lainnya, posisi pendakian kali ini Kak Lubeck dan Kak
Hengki didepan sementara Panca dibelakang memBack Up aku yang jalannya super
lelet macem ulet bulu. Haaa haaa haaa.
30
menit berjalan, kami break sejenak disaung dipinggir perkebunan warga, setelah
itu lanjut jalan kembali dan akan kita jumpai saung-saung tempat warga sekitar
berjualan sepertinya, aku pikir itu pos 1 tapi ternyata bukan, padahal rasanya
jalan udah lama banget & jauh banget tapi pos 1 gak juga ditemui. Hee hee.
Saung-saung tersebut tutup, tidak ada satupun pedagang yang kita jumpai di
saung tersebut, malah yang kita jumpai sesosok wanita yang hilang akal, kita
pun melanjutkan perjalanan. Setelah melewati saung-saung tersebut kita masuk ke
kawasan hutan pinus, treknya mulai menanjak jarang bonus L
Kelelahan
pun mulai melanda kami break sejenak diantara pepohonan pinus, ngemilin snack
yang kami bawa. Heehee. 15 menit dirasa cukup kami kembali berjalan, kanan kiri
masih pepohonan pinus dan trek semakin menanjak dan irit bonus pula, bikin
engaaap bikin lelet juga. Tepat pukul 11.00 WIB kami sampai di POS 1.
POS
1 : Pondok Gembirung
Tiba
di Pos 1, kami disambut oleh sebuah warung. Si Bapak warung udah dari atas
nyemangatin aku yang masih dibawah untuk segera sampai pos 1 =)) sampai di
warung si bapak, aku memesan es teh manis seharga Rp 5000,- dan langsung habis
dalam hitungan detik, tentu saja itu jadi bahan bully-an orang-orang rese
disekitar ku (re: Kak Lubeck, Panca, Kak Hengki) mereka takjub sepertinya
melihat keahlian ku menghabiskan minuman hanya dalam hitungan detik. Wkwkwkwk. Aku
hanya memesan es teh sementara mereka bertiga memakan gorengan pisangan dan
tempe mendoan di warung si bapak.
Cukup
lama kami beristirahat di warung si bapak, waktu itu pukul 11.30 wib. Kak
lubeck meminta kami untuk melanjutkan perjalanan kembali karena jarak dari pos
1 ke pos II cukup jauh, tapi kata si bapak mah jarak pos I ke Pos II untuk
orang yang jalannya lelet kayak aku hanya akan memakan waktu 2 jam-an. Haa haa
kita liat saja kenyataanya +)). Aku meminta ke kak Lubeck untuk melanjutkan
perjalanan selepas sholat djuhur saja tapi semua menolak, payaaah -,-. Yasudahlah
mau gak mau melanjutkan perjalananan kembali. Tapi sewaktu kami mau melanjutkan
perjalanan hujan turun lumayan deras kami pun berteduh kembali.
“emang
rejekinya si anis” kata kak lubeck
“hee
hee hee” aku nyengir kuda pertanda menang =))
Tapi
hujan tak berlangsung lama, Jam 11.45 kami melanjutkan perjalanan kembali
menuju pos II, baru meninggalkan pos 1 saja langsung dihadapkan tanjakan yang
aduhai bikin engap pastinya, di jalur menuju pos II kanan kiri sudah tidak kita
jumpai pepohonan pinus, jalur semakin tertutup pepohonan rimbun yang menjulang
keatas yang pastinya aku gak tau nama pepohonan itu apa -,- cahaya matahari pun
enggan masuk melalui celah-celah pepohonan. Jalur semakin menanjak, irit bonus begitu
terus sampai pos II.
Pos
II : Pondok Walang
Kak
Lubeck dan Kak Hengki, tiba paling dulu di Pos II, aku dan panca baru tiba
pukul 14.40 wib sepertinya. Di Pos II hanya ada kami berempat, kami istirahat
sejenak dan selagi kami istirahat hujan malah turun dengan derasnya, kami pun
menunggu hujan sampai reda tapi hujan tak juga kunjung reda malah semakin
deras, sampai terkantuk-kantuk kami menunggu hujan reda. Kak hengki meminta
untuk meneruskan perjalanan saja menuju pos III menggunakan jas Hujan, aku
sebenernya males kalo harus melanjutkan perjalanan, ngelewatin tanjakan yang
sudah menanti didepan mata sambil hujan-hujanan membuat aku sedikit takut juga,
maklum aku punya phobia sama jalanan tanah yang licin kena air hujan gitu
heehee.
Keberuntungan
lagi-lagi memihak kepada ku, tanpa aku merengek meminta untuk tidak melanjutkan
perjalanan, kak lubeck malah menyarankan untuk membuka tenda di Pos II saja dan
perjalanan dilanjutin nanti malam jika hujan sudah reda atau keesokkan paginya.
Akhirnya,
kak Lubeck, Panca dan Kak Hengki pun sibuk mendirikan tenda, sementara aku ?
sibuk menggigil kedinginan dipinggiran L gak lama pun tenda berdiri segera saja kami
memasak makanan yang kami bawa, masak mie instan pake telur ceplok wkwkwk.
Waktu
itu sekitar pukul 17.00 wib setelah makan kami malah bersiap untuk tidur,
sewaktu kami tidur banyak pendaki yang hilir mudik dan singgah sejenak di pos
II, obrolan dan canda tawa mereka terdengar cukup jelas, tapi aku lebih memilih
melanjutkan untuk memejamkan mata saja. Kami pun terbangun hanya untuk menunaikan
sholat maghrib dan isya setelah itu melanjutkan tidur kembali dan terbangun
pukul 05.00 wib keesokkan harinya.
Selasa,
17 Mei 2016
Selepas
sholat shubuh, kami mempacking kembali barang-barang kami, setelah selesai
mempacking, aku yang jalannya paling lelet diminta untuk jalan terlebih dahulu,
beberapa kali menolak dan beberapa kali dipaksa akhirnya aku pun jalan terlebih
dahulu. Namun baru beberapa menit berjalan kak lubeck sudah berada dibelakang
ku dan kemudian disusul oleh panca dan kak hengki. Kemudian, Kak Lubeck dan Kak
hengki jalan terlebih dahulu, tinggallah hanya aku dan panca. Ini pertama
kalinya aku di back up sama Panca selama pendakian, biasanya Kak Lubeck yang
mem-Back up aku, hee hee.
Jalur
dari pos II menuju pos III tidak beda jauh dengan jalur dari pos I menuju pos
II, berupa tanah dan tanjakan dan jalur masih tertutup pepohonan yang rimbun. Lama
perjalanan aku dan panca ke pos III kurang lebih 90 menit-an, waktu yang sangat
lelet bukan ?
Pos
III : Pondok Cemara
Tiba
di Pos III sekitar pukul 09.00 wib, kami berdua tidak menjumpai kak Lubeck dan
kak Hengki, kami hanya menjumpai 1 tenda yang sepertinya pemiliknya sedang bobo
nyenyak didalam, saung yang biasanya dipakai untuk berjualan pun tutup, kami
berdua istirahat sejenak, kaki ku sedikit kram aku meminta obat panas pada
panca, setelah selesai mengoleskannya pada kedua kaki ku, kami pun melanjutkan
perjalanan menuju pos IV.
Perjalanan
dari Pos III ke pos IV sedikit melipir tapi tetap saja menanjak dan beberapa
kali melewati terowongan gitu. Sewaktu berjalan menuju pos IV kami bertemu
dengan seorang mas-mas tapi udah sedikit ke bapak-bapak-an. Kami pun bertegur
sapa.
“berdua
aja mas” tanyanya pada panca
“enggak
mas, berempat yang 2 udah duluan, mas-nya sendirian aja?” tanya panca
“oh
yang berdua itu ya, mereka menuju pos V mas, iya sendirian mas” katanya
“oh
gitu, yaudah duluan ya mas, semangat ,mas” kata si panca
“mas
pos IV masih lama gak ?” tanya ku
“pos
IV didepan mba, sedikit lagi, jalan aja mba, semangat ya”
“hehehehe
iya mas, makasih” nyengir kuda
Dan
setelah percakapan barusan dengan mas setengah bapak tersebut, nyatanya kami
berdua baru tiba di pos IV 30 menit setelahnya. Wkwkwkwk mas-nya tipu-tipu
bilang pos IV sebentar lagi.
Pos
IV : Pondok Samaranthu
Di
pos IV ini, kami hanya menjumpai sebidang tanah datar yang cukup untuk
mendirikan 2 samapi 3 tenda, tapi kenyataanya pos samaranthu ini adalah pos
yang jarang sekali dipakai untuk bermalam oleh para pendaki, kebanyakan pendaki
memilih bermalam di pos III atau sekalian saja ke pos V, katanya sih pos
Samaranthu ini agak angker, dari namanya pun sudah tergolong angker Samaranthu
yang berarti hantu yang tak terlihat.
Di
pos IV aku dan panca break selama 5 menit, kemudian kami melanjutkan perjalanan
menuju pos V, katanya sih jarak dari pos IV ke pos V tidak terlalu jauh, jalur
menuju pos V sudah sedikit terbuka, beberapa kali kami juga harus melewati
terowongan, melipir, dan jalanan yang menanjak.
Sedikit
lagi sampai pos V hujan mulai turun rintik-rintik, beruntungnya pas hujan turun
dengaan lebatnya kami sudah berada di pos V.
Pos
V : Samyang Rangkah
kami
mencari-cari keberadaan kak lubeck dan kak hengki tapi kami tak juga menjumpai
wujud mereka di pos V, sedikit kecewa akhirnya kami tarik kesimpulan bahwa
mereka berdua melanjutkan perjalanan menuju pos VII dan benar saja sewaktu kami
bertanya pada pendaki yang habis turun dari puncak “apakah mereka melihat
mereka berdua?” maka jawaban meraka “ oh iyaaa, yang 2 orang ya mereka mau
menuju pos VII/ mereka udah di pos VII bang mba” begitu jawaban mereka.
Aku
dan panca menunggu hujan reda di pos V.
“lu
mau ngelanjutin nyusul mereka nis?”
“iya,
tapi nanti nunggu hujan reda, ca lu gak ngambil air?”
Panca
pun mengambil air di mata air, bareng beberapa pendaki, sewaktu panca ngambil
air sebenarnya hujan sudah reda, tapi pas si panca balik dari ngambil air, hujan malah kembali lebat -,- wkwkwk.
10
menit berlalu, hujan sudah agak reda, aku dan panca pun melanjutkan perjalanan
menuju pos VII menyusul mereka berdua bermodalkan jas hujan dan ucapan
hati-hati dari para pendaki di pos V.
“hati-hati
ya mba”
“jalannya
pelan-pelan aja mba”
“awas
mba licin”
Dari
pos V menuju pos VI jalanan masih menanjak, aku berjalan berhati-hati karena
jalan sewaktu hujan itu pe-er banget. Dari pos V menuju pos VI pun pepohonan
sudah sedikit terbuka dan 30 menit kemudian kami berdua sampai di pos VI.
Pos
VI : Samyang Jampang
Panca
meminta ku untuk tidak berhenti lama-lama di pos VI dan segera melanjutkan
perjalanan menuju pos VII, untuk kali ini aku pun nurut dengan panca, biar
cepat sampai karena perut sudah keroncongan, kerudung udah basah, celana juga
udah kotor wkwkwk.
Menuju
pos VII, jalan yang kami lewati berupa tanjakan dan terowongan kemudian hutan
mati, jalur dari pos VI menuju pos VII ini menurut ku yang paling membekas
dihati karena jalurnya yang bervariasi dan mempunyai sensasi tersendirri wkwk
gak bikin bosen pokoknya. Sewaktu menuju pos VII hujan sudah reda.
Pos
VII : Samyang kendil
Aku
dan panca tiba di pos VII jam 13.00, menurut kak hengki mereka
memperkirakan aku dan panca baru tiba di
pos VII nanti sewaktu maghrib -_________- sampai di pos VII aku langsung
berganti pakaian dan SKSD sama tenda sebelah spiik spiik minjem sisir-nya
wwkwkwkwk taapi tetep aja malu mau ngajak kenalan bhahahahak.
Di
pos VII kami masak, mulai dari masak nasi, fetuchini sampai bakwan tahu,
selepas makan kami tidur, berhubung sebelum tidur aku minum obat flu terlebih
dahulu, pules lah tidur ku selama 2 jam dan bangun-bangun jam 6 sore, setelah
menuaikan sholat maghrib kami berempat kembali mengeksekusi makanan yang masih
ada, malam itu kami bikin jasuke, roti bakar nutella dan agar-agar.
Cuaca
malam di pos VII begitu menusuk, beruntungnya kami nge-camp didalam shelter
yang tersedia di pos VII. Selagi kami asik masak-masak hujan pun turun dengan
derasnya, apa kabar mereka yang nge-camp di luar shelter sana ya. Hmmmm.
Gak
berapa lama pun datang, seorang mas-mas menghampiri kami. Mas-mas dan
rombongannya ini nge-camp diluar shelter dan mas-mas ini bermaksud meminta ijin
kepada kami untuk diberikan tempat sedikit untuk dia dan rombongannya berteduh
karena tenda yang mereka dirikan rusak karena hujan.
Setelah
masak, kami masuk kembali ke dalam tenda untuk melanjutkan tidur. Karena esok
pagi jam 04.00 wib kami akan summit ke puncak.
Rabu,
18 Mei 2016
Jam
04.00 wib, kak Lubeck membangunkan kami. Angin berhembus dengan sangat kencang,
segera kami bersiap-siap merapikan barang-barang yang akan kami bawa untuk
summit ke puncak gunung slamet, langit sudah tidak hujan shubuh itu berganti
dengan hamparan bintang-bintang yang menari-nari dengan indah, Milky Way,
moment seperti ini menurut ku moment-moment paling berharga, moment-moment
langka. Di kota di sebelah mana kita bisa liat milky way, cobak ? heehehee
Setelah
semua siap, kami pun berjalan menyusuri dinginnya malam untuk menuju puncak
Gunung Slamet atau yang lebih dikenal dengan puncak Surono, sebelum sampai
dipuncak Surono kita harus melewati terlebih dahulu pos VIII dan Pos IX.
Lama
perjalanan dari pos VII ke pos VIII adalah 30 menit, baru sedikit berjalan
napas ku tersengal-sengal, detak jantung semakin kencang, baru beberapa menit
berjalan aku langsung break, kak Lubeck dan Kak Hengki di posisi paling depan,
Panca masih memback up aku.
“
kalau gak kuat turun “ kata kak lubeck
“
Kuat kok” kata ku sambil melanjutkan perjalanan dengan mencoba mengatur irama
langkah kaki.
Diatur
sedemikian rupa pun jalan ku tetap saja lelet, hingga tertinggal beberapa meter
dari kak Lubeck dan kak Hengki.
Tak
lama berhenti di pos VIII, akhirnya kami melanjutkan perjalanan menuju XI, POS
IX atau plawangan ini merupakan batas vegetasi, jalurnya pun sudah berupa
pasir-pasir dengan kerikil-kerikil yang lumayan cukup besar.
Setelah
melewati Pos IX, jalan yang kita lalui akan terus menanjak dengan medan jalan
yang berupa pasir dan bebatuan. Tidak seperti di Rinjani, trek pasir di Gunung
Slamet ini tidak membuat kita putus asa banget yaitu naik selangkah turun dua
langkah. Trek pasir di Gunung Slamet ini berupa bebatuan yang besar-besar,
beberapa batuan malah bisa dijadikan pijakan, tapi tetap juga kita harus
hati-hati karena terkadang bebatuan tersebut juga mudah rapuh. Aku lebih
memilih berjalan dengan menggunakan tangan alias merambat alias merangkak
wkwkwk. Tapi ya tetep aja lelet, tetep aja ketinggalan jauh dari Kak lubeck dan
kak Hengki haahaa sampe si panca pun sedikit kesel tampaknya, haahahaa
“
ayo nis, jangan berenti lama-lama, tangan gue kaku, kalo berenti lama-lama”
“iyaaaa”
“masa
jalannya makin lelet nis, kan udah gak bawa keril”
“hmmmmmm”
Setelah
dengan penuh perjuangan dan beberapa kali malah didahului sama pendaki yang
summit belakangan dari kami, akhirnya aku sampai pada atap gunung slamet yang
mempunyai ketinggian 3428 Mdpl ini, tak henti-hentinya mengucapkan syukur atas
pencapaian terbaru ini, gak nyangka juga bisa berdiri di puncak karena sewaktu
summit udah sempat beberapa kali mau nyerah, tapi kaki masih bisa melangkah ya
meskipun lelet heehee dan diri ini masih yakin kalau bisa sampai puncak heehee.
Sampai
dipuncak sudah banyak pendaki yang sedang asik mengabadikan moment, kebetulan
aku dan panca sampai puncak ketika matahari mulai menampakkan wujud-nya.
Sunrise pagi itu di puncak Gunung Slamet begitu indah, aku dan panca
melanjutkan perjalanan menuju plang tulisan puncak. Namun, di tempat itu tak
juga aku jumpai kak Lubeck dan Kak hengki, usut punya usut setelah mengamati
keadaan sekitar rupanya mereka sudah berada di puncak seberang dengan view yang
dekat dengan kawah segoro wedi, sempat berpikir mau nyusul mereka tapi setelah
liat jalurnya malah bikin mikir 2 kali, pasti pe-er banget heehee.
Akhirnya,
aku dan panca berfoto-foto saja sambil menunggu mereka kembali lagi, gak berapa
lama pun kak Hengki kembali tapi kak Lubeck masih berada di seberang sana tak
tau sedang apa, kata panca ada misi terus kata kak hengki mau selfie sendirian
wkwkwkwk, 15 menit berlalu kak lubeck pun kembali dan kami tidak berlama-lama
berada di puncak, waktu itu jam 07.00 pagi, kak Hengki meminta kami untuk turun
dengan segera karena waktu yang kami punya tidak banyak.
Jalur
turun lebih menyeramkan dibanding sewaktu summit tadi, beberapa kali aku malah
merosot karena takut terpeleset. Akhirnya jam 08.30 wib kami sudah kembali lagi
di pos VII dan langsung merapikan barang-barang kami untuk turun menuju
basecamp.
Sebelumnya
kami sarapan terlebih dahulu, Roti bakar dan agar-agar yang sudah kami masak
tadi malam. Wkwkwk. Jam 10.00 wib kami sudah bersiap untuk turun meninggalkan
pos VII menuju basecamp kembali untuk kembali ke kehidupan nyata.
Langit
cerah menemani perjalanan kami turun hari itu, perjalanan turun seharusnya
lebih cepat dibanding perjalanan naik, tapi berhubung kuku kaki jempol ku sudah
membengkak, alhasil jalan ku lelet dan lama. Beberapa kali aku malah terjatuh,
beberapa kali juga aku lebih memilih main perosotan untuk sampai ke bawah.
Di
pos II menuju pos I, kaki ku semakin menjadi-menjadi. Kak Hengki sudah jalan
terlebih dahulu. Tinggal aku, kak Lubeck dan panca. Kak Lubeck meminta ku untuk
melepas sepatu ku saja dan menggantinya dengan sandal, aku nurut namun agak
sedikit watir juga. Takut malah bikin jalan makin licin. Euuy namun kak lubeck
meyakinkan bahwa insha Allah itu tidak akan terjadi. Keril ku di bawakan oleh
panca. Aku hanya membawa botol air 600 Ml dan menenteng sepatu ku. Perjalanan
turun aku di back-up kak Lubeck sementara panca sudah melesat terlebih dahulu.
Setelah
turun dengan penuh perjuangan, akhirnya kami sampai di basecamp kembali jam
16.20, kak Lubeck langsung melapor ke Basecamp setelah itu kami menuju rumah
umi kembali untuk bersih-bersih. Kami tidak mempunyai banyak waktu untuk
bersih-bersih, jam 17.30 kami harus sudah rapi untuk menuju purwokerto untuk
mengejar kereta yang akan menghantarkan kami ke Jakarta.
Tepat
jam 17.30 wib sebuah mobil kolbak sudah stand by untuk mengantarkan kami menuju
stasiun purwokerto, kami duduk di paling belakang, menikmati pemandangan kota
bambangan dan gunung slamet dikala senja dari mobil kolbak, perlahan-lahan kami
mulai meninggalkan gunung slamet, rasanya baru kemarin kami bersusah payah
untuk menggapai puncaknya heehee.
Jam
18.45 wib, mobil yang kami tumpangi sudah memasuki kota Purwokerto, kami mampir
sebentar ke toko oleh-oleh tapi kali ini aku lebih memilih diam saja dimobil
dan tidak membeli apa-apa. Heehee.
Jam
19.10 wib, kami sudah sampai di stasiun purwokerto, beruntunglah kami tidak
sampai ketinggalan kereta. Karena kereta Kutojaya yang akan kami tumpangi
dijadwalkan memasuki stasiun Purwokerto jam 19.30 wib.
Kami
pun langsung bergegas menuju loket validasi, sewaktu kami validasi tiket.
Kereta Kutojaya sudah dipersiapkan untuk masuk ke Stasiun Purwokerto. Sebelum
naik ke kereta kak Lubeck membeli nasi rames terlebih dahulu untuk bekal kami
makan di kereta, maklumlah kami belum sempat makan sedari tadi heehee.
Jam
00.20 wib, kereta menepi di Stasiun Bekasi, aku pamit untuk turun terlebih
dahulu.
Buat
Kak Lubeck dan Panca, Begitu banyak cerita terukir pada pendakian menuju Gunung
Slamet kali ini, aulia beruntung mempunyai partner pendakian seperti kalian
berdua, gak tau apa jadinya kalo aulia mendaki tanpa kalian, Cuma kalian berdua
yang rela aulia susahin selama pendakian, meskipun aulia tau terkadang kalian
kesal kalau harus nungguin aulia yang jalannya lelet, kalian selalu ngertiin
aulia tapi aulia jarang banget ngertiin kalian, aulia minta istirahat kalian
turutin tapi kalian minta aulia jalannya cepat tetap saja aulia jalannya lelet,
maafin keegoisan aulia yaaaaa.
Estimasi
biaya :
Kereta
api progo : Rp 110.000
Mobil
dari stasiun ke basecamp : Rp 300.000
Biaya
pendakian : Rp 15.000,-
Mobil
dari basecamp ke stasiun Rp 300.000
Kereta
api Kutojaya utara : Rp 100.000,-